GRAND
TEORI SECARA UMUM
Grand theory adalah setiap teori yang dicoba dari
penjelasan keseluruhan dari kehidupan sosial, sejarah, atau pengalaman manusia.
Pada dasarnya berlawanan dengan empirisme, positivisme atau pandangan bahwa
pengertian hanya mungkin dilakukan dengan mempelajari fakta-fakta, masyarakat
dan fenomena. Interaksionisme
simbolik sejatinya terdiri atas dua penggal kata, yaitu interaksi dan simbolik. Grand
Theory menekankan pada konsep keseimbangan, pengambilan keputusan, sistem
dan bentuk komunikasi sebagai sarana dasar perangkat pengatur (central organizing devices) untuk
mengkaji hubungan internasional. Grand theory, istilah yang diciptakan oleh C.
Wright Mills dalam ‘The sociological imagination (1959)’
yang berkenaan dengan bentuk abstrak tertinggi suatu peneorian yang tersusunan
atas konsep-konsep yang diprioritaskan atas dapat mengerti dunia sosial. Grand
Teor juga adalah sebuah istilah yang
ditemukan oleh seorang ahli sosioligis bernama Charles Wright Mills dalam
bukunya yang berjudul "The Sociological Imagination" untuk menunjukan
bentuk teori absraksi tinggi yang mana pengaturan formal dan susunan dari
konsep-konsep lebih penting dibandingkan pengertian terhadap dunia sosial.
Dalam pandangannya , Grand Teori kurang lebih dipisahkan dari
perhatian nyata kehidupan sehari-hari dan berbagai variasinya dalam ruang dan
waktu.Bersumber dari: Qu(Cambridge, 1985entin
Skinner, ed., The Return of Grand Theory in the Human Sciences
Ø TEORI
INTERAKSIONISME SIMBOLIK
Merupakan teori dalam sisiologi modern di dalamnya berintikan pemikiran
penting dari berbagai tokoh sosiologi terutama George Herbert mead. Teori ini
memusatkan perhatian lebih pada individu tentang bagaimana individu
berinteraksi dengan individu lain dengan menggunakan symbol symbol yang
signifikan merupakan bahasa. Interaksionisme
simbolik sejatinya terdiri atas dua penggal kata, yaitu interaksi dan simbolik.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, interaksi didefinisikan sebagai hal, saling
melakukan aksi, berhubungan, mempengaruhi, antarhubungan[1].
Sedangkan definisi dari simbol adalah sebagai lambang, menjadi lambang,
mengenai lambang (2001: 1066).Francis Abraham dalam Modern Sociological
Theory (1982) menyatakan bahwa interaksionisme simbolik pada hakikatnya
merupakan sebuah perspektif yang bersifat sosial- psikologis, yang terutama
relevan untuk penyelidikan sosiologis.Esensi dari interaksi simbolik itu
sendiri merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menjadi ciri khas manusia
dengan simbol yang memiliki makna tertentu. (Mulyana, 2003: 59) Secara
sederhana, interaksionisme simbolik dapat dimaknai sebagai suatu hubungan
timbal balik antarpersonal dengan menggunakan simbol- simbol tertentu yang
sudah dimafhumi artinya.
Ø PERKEMBANGAN THEORY
Interaksionisme
simbolik berkembang pada abad 19-20 di Chicago, mead merupakan cikal bakal
muncul nya teori interksionisme simbolik dengan pemikiran nya “the teorethical
pperspective. Teori berfokus pada tindakan dan makna dalam masyarakat. Setelah
memperoleh suatu makna, manusia akan bertindak sesuai dengan makna tersebut,
contoh nya adalah, dalam perkembangan individu manusia yang dominan di
pengaruhi oleh lingkungan, karna cikal bakal pemikiran yang lahir adalah ketika
individu melihat suatu sikap atau perilaku yang ada dalam ruang lingkup
tersebut dan akan mempengaruhi pribadi atau tingkah laku yang akan menjadi
karakter pada individu tersebut.
MIDDLE RANGE THEORY
Middle-range
theory dikemukakan oleh sosiolog amerika
Robert Merton dalam ‘Social theory and social
Structure’ (1957) untuk menghubungkan pemisah diantara
hipotesis-hipotesis terbatas dari studi empirisme dan teori-teori besar yang
abstrak yang diciptakan Talcott Parson. Dia menjelaskan middle-range theory
sebagai teori yang berbohong diantara minor-minor tapi diperlukan hipotesis
yang berkembang dalam keadaan yang berlimpah dalam penelitian selama
berhari-hari hingga diperlukan usaha-usaha sistematis untuk mengembangkan teori
gabungan yang akan menjelaskan seluruh penelitian yang seragam dari perilaku
sosial, organisasi dan perubahan sosial. Banyak konsep tang dikembangkan dari
mid-range theories telah menjadi bagian dari kosakata dasar sosiologi :
retreatisme, ritualisme, manifest dan latent functions, opportunity structure,
paradigma, reference group, role-sets, self-fulfilling propechy dan unintended
concequence. Pemikira middle-range theory secara langsung maupun tidak langsung
memengaruhi pandangan sosiolog atas pekerjaan mereka.
Mid-range
theory disepakati sebagai suatu bidang yang relatif luas dari suatu fenomena,
tapi tidak membahas keseluruhan fenomena dan sangat memperhatikan kedisiplinan (Chinn and Kramer, 1995, p 216).
Beberapa
mid-range theories didasari oleh grand theories. Hal ini ditegaskan pernyataan
Smith (1994), bahwa fungsi utama grand theories adalah sebagai sumber utama
yang selanjutnya akan dikembangkan oleh middle-range theories
TEORI
PEMIKIRAN KELOMPOK
Teori
Pemikiran Kelompok (groupthink) lahir
dari penelitian panjang Irvin L Janis. Janis menggunakan istilah groupthink untuk menunjukkan satu
mode berpikir sekelompok orang yang sifat kohesif (terpadu), ketika usaha-usaha
keras yang dilakukan anggota-anggota kelompok untuk mencapai kata mufakat.
Untuk mencapai kebulatan suara klompok ini mengesampingkan motivasinya untuk
menilai alternatif-alternatif tindakan secara realistis. Grouptink dapat
didefinisikan sebagai suatu situasi dalam proses pengambilan keputusan yang
menunjukkan timbulnya kemerosotan efesiensi mental, pengujian realitas, dan
penilaian moral yang disebabkan oleh tekanan-tekanan kelompok (Mulyana, 1999).
West
dan Turner (2008: 274) mendefinisikan bahwa pemikiran kelompok (groupthink) sebagai suatu cara
pertimbangan yang digunakan anggota kelompok ketika keinginan mereka akan
kesepakatan melampaui motivasi mereka untuk menilai semua rencana tindakan yang
ada. Jadi groupthink merupakan
proses pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompok yang sangat kohesif,
dimana anggota-anggota berusaha mempertahankan konsensus kelompok sehingga
kemampuan kritisnya tidak efektif lagi. Groupthink merupakan
teori yang diasosiasikan dengan komunikasi kelompok kecil. Lahirnya konsep
groupthink didorong oleh kajian
secara mendalam mengenai komunikasi kelompok yang telah dikembangkan oleh
Raimond Cattel (Santoso & Setiansah, 2010:66). Melalui penelitiannya, ia
memfokuskannya pada keperibadian kelompok sebagai tahap awal..
NARROW
THEORY
Teori yang berusaha menjelaskan suatu aspek yang terbatas
dari suatu fenomena seperti komunikasi.
Atau lebih menekankan pada orang-orang tertentu pada situasi tertentu
pula. Kita tidak
bisa mengelola untuk mendapatkan informasi di internet tentang teori ini,
sehingga dari pemahaman kita, sebuah teori yang sempit adalah teori yang digunakan
dan diterima oleh sekelompok kecil orang dan penjelasannya cukup sempit, teori
ini juga menjelaskan pandangan pribadi dan pengalaman.
Narrow teori menitikberatkan pada
orang-orang tertentu pada waktutertentu.Mis : aturan-aturan komunikasi dalam sebuah
konflik umum.Ada beberapa konflik misalnya dalam sebuah stand point theoryharapan bahwa koreksi tentang sebab perempuan
harus dimodifikasidengan menghubungkan pada tingkatan dan rasContoh: aturan2 komunikasi yang relevan
ketika kita ada di dalam sebuah lift.
·
TEORI PENETRASI SOSIAL
Teori
Penetrasi Sosial dipopulerkan oleh Irwin Altman & Dalmas Taylor. Teori
penetrasi sosial secara umum membahas tentang bagaimana proses komunikasi
interpersonal. Di sini dijelaskan bagaimana dalam proses berhubungan dengan
orang lain, terjadi berbagai proses gradual, di mana terjadi semacam proses
adaptasi di antara keduanya, atau dalam bahasa Altman dan Taylor: penetrasi
sosial.
Dalam teori penetrasi sosial, kedalaman suatu
hubungan adalah penting. Tapi, keluasan ternyata juga sama pentingnya.
Maksudnya adalah mungkin dalam beberapa hal tertentu yang bersifat pribadi kita
bisa sangat terbuka kepada seseorang yang dekat dengan kita. Akan tetapi bukan
berarti juga kita dapat membuka diri dalam hal pribadi yang lainnya. Mungkin
kita bisa terbuka dalam urusan asmara, namun kita tidak dapat terbuka dalam
urusan pengalaman di masa lalu. Atau yang lainnya.
Karena
hanya ada satu area saja yang terbuka bagi orang lain (misalkan urusan asmara
tadi), maka hal ini menggambarkan situasi di mana hubungan mungkin bersifat
mendalam akan tetapi tidak meluas (depth without breadth). Dan
kebalikannya, luas tapi tidak mendalam (breadth without depth) mungkin
ibarat hubungan “halo, apakabar?”, suatu hubungan yang biasa-biasa saja.
Hubungan yang intim adalah di mana meliputi keduanya, dalam dan juga luas.
Keputusan
tentang seberapa dekat dalam suatu hubungan menurut teori penetrasi sosial
ditentukan oleh prinsip untung-rugi (reward-costs analysis). Setelah
perkenalan dengan seseorang pada prinsipnya kita menghitung faktor untung-rugi
dalam hubungan kita dengan orang tersebut, atau disebut dengan indeks kepuasan
dalam hubungan (index of relational satisfaction). Begitu juga yang
orang lain tersebut terapkan ketika berhubungan dengan kita. Jika hubungan
tersebut sama-sama menguntungkan maka kemungkinan untuk berlanjut akan lebih
besar, dan proses penetrasi sosial akan terus berkelanjutan.